Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kamis, 09 September 2010

SURAT CINTA TUHAN ITU SUCI GAK SIH?


Ada analogi menarik, suatu hari Kekasihku yang sangat kukenal bertanya pada kami ketika masih berupa jiwa, “bukankah Aku Kekasihmu?” Kami menjawab “ya iyalah”. Kalian juga ikut waktu itu, tapi gara-gara banyak dosa, kalian lupa momen penting itu. Setelah perkenalan itu, Dia menerangkan kalau kita pernah bertemu tapi aku lupa saat itu, kemudian Dia menyuratiku dan mengingatkan momen penting itu sehingga aku percaya Dia adalah Kekasih sejatiku. Aku berusaha memahami surat itu atas keinginanNya sampai aku hapal surat itu, isinya macam-macam; disuruh sabar, tawadlu’, belajar, bersosial, adil, tidak sombong, iri dengki, disuruh mencintaiNya dengan tulus sampai disuruh untuk hanya mencintaiNya saja. Dia juga mengancam akan memenjarakanku di dalam tempat terburuk jika aku tidak berbuat sesuai pesanNya, namun di sisi lain Dia memberiku jaminan kenikmatan yang tiada tara jika aku melaksanakan pesan-pesanNya dengan baik, yaitu bertempat tinggal di istana yang indah serta bidadari yang cantik serta ketemu Dia atas izinNya. Dengan surat itu aku memahami segala hal yang membuktikan cintaNya padaku, mulai dari udara yang gratis, ditundukkannya langit dan bumi, bahkan lautan serta rasa haus dan segar, kenyang dan lapar, suka dan duka.
Dia mengirimkan semuanya berpasangan, Dia juga mengatakan betapa dunia ini berimbang tak berbenturan satu planet dengan yang lain, maa taroo fi kholqi al-rohmaani min tafaawut (untuk lebih lengkapnya, baca QS. Al-Mulk juz 29). Di waktu lain Dia ingin agar aku ketika menyentuh alquran supaya dalam keadaan suci, (laa yamussuhuu illa almuthohharuun, QS. Al-Waqi’ah).  Dalam arti, aku harus menghargai alquran dengan hati dan perbuatan. Aku tak pernah menyamakan surat cinta itu dengan surat cinta lain, sementara surat surat cinta palsu (baca:fana, rusak) yang lain kubuat lemek tidur atau bungkus nasi. Maka surat cinta dari Kekasihku itu tidak demikian aku perlakukan, karena tulisan yang ada di dalamnya adalah ungkapan suci seorang Kekasih, hanya dengan tulisan itulah kalamNya terwakili, tak ada yang lain. Dan aku tidak meragukannya sama sekali karena surat itu telah diantar oleh kurir kepercayaanNya (Nabi Muhammad SAW) untuk disampaikan kepadaku sepenuh hati. Maka kesalahan ada pada pikiran orang orang yang hanya mengandalkan logika, padahal puncak dari akal rasionalisme adalah awal perjalanan spritualisme, kata Imam Ghozali dalam Jawahir al-Quran.
Jika engkau juga ingin mengetahui dan memahami isi surat cinta Kekasihku, pelajarilah bahasanya, jangan sekedar menerjemahkannya ke dalam bahasamu. Ada unsur lain yang nikmat banget tatkala engkau berkomunikasi dengan Kekasihku melalui surat cinta itu. Untuk berwudlu menjadi batasan menyentuhnya itu sudah urusan fiqh, bahkan mandi sepuluh kalipun tak bisa mewakili persentuhan suci antara surat cinta itu dengan tangan kita. Jika hatimu masih menghinakannya, karena penjaminan suci ada pada rasa kagum dan hormat kepadanya saja, namun untuk hadats besar kami sepakat mengharamkannya dan itu kesepakatan ulama zaman dulu, maka pilihlah sesukamu cara menyentuhnya, namun hilangkan sifat sombongmu dalam menghinakannya baik melalui kata-katamu yang kamu perjualbelikan dalam menghinanya, atau melalui perbuatanmu menyamakannya dengan teks lain (Koran, majalah misalnya), atau sekedar tahu sejarah pengiriman surat cinta itu tanpa pernah menghafal satu kalimat pun dari surat cinta itu, dan berlama lama meneliti padahal waktu penelitianmu itu andaikata digunakan menghafal surat cinta itu cukup bahkan lebih. Adalah bodoh tatkala kalian berfikir sepicik itu, dan surat cinta Kekasihku itu tak lain adalah al-Qur’an al-Karim yang suci dan mulia. Adalah naïf jika dikatakan bahwa pelafadzan al-Qur’an dari Muhammad, sementara hanya maknanya saja yang dari Allah. Allah bersifat qodim, begitu juga kalamNya. Namun dua unsur  yang berbeda dzat ini ( Allah dan Muhammad) bisa begitu sinkron tatkala malaikat jibril diutus untuk menyampaikan kalamNya kepada Muhammad, dan hukum ini menjadi tauqify (normatif). Rohmatan lil ‘alamiin, tidak rohmatan lil ‘arobiyyin.
Penjagaan al-Quran melalui para huffadz dan qurra’ serta mushhaf-mushhaf yang sering kita baca.  (Apakah mereka tidak berangan-angan terhadap alquran? Andai ia datang dari selain Allah tentu mereka akan mendapati di dalamnya (alquran)  perselisihan yang banyak). Dan ada banyak keistimewaan bahasa arab baik dari segi metaforanya, majaz-majaznya serta panjang pendeknya, semuanya mempunyai makna yang luas dan istimewa yang tidak dimiliki oleh satu bahasapun di dunia sampai sekarang.
Wudlu hanya menjadi salah satu refleksi penghormatan kita pada al-Quran suci, menandakan hormat, kagum menghargai dan salut atas kandungan isinya yang sarat dan penuh dengan kebenaran dan tidak ada satu kalimatpun yang terlewatkan, jika surat cinta itu masih membuat hatimu tetap ragu, maka kesalahan itu bukan pada alqurannya yang bagimu penuh keraguan, namun pikiran kalianlah yang harus dicuci dulu sebelum menyebar ke seluruh lorong dari ruang A sampai G Watoe Dhakon. Adapula tidak punya wudlu boleh menyentuh mushhaf suci itu, menurut madzhab tertentu di Timur Tengah dulu dengan beberapa argumentasi, sulitnya air atau mudahnya kentut. Namun sekarang tatkala kita dengan mudahnya mendapatkan air dan bisa berlama-lama tidak kentut serta tidak bersentuhan kulit dengan gadis-gadis ajnaby (baca : pacar-pacarmu atau teman cewek sekelasmu), kenapa hal itu tidak kamu lakukan untuk hanya sekedar menghormatinya? (Imam Syafii konsekwen, baik horni maupun tidak, jika menyentuh ajnaby maka wudlunya batal). Apalagi menghafal dan memahaminya, masya allah, mulia banget dan sangat berguna bagi kaumnya nanti pas pulang ke rumah (amin). Wallahu a’lam bishshowab

1 komentar: