BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat
penting saat kita akan membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu
apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun, kadang kita
sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung
berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa
lalu.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW
dan Para Sahabat adalah merupakan Agam Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa
terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor
utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para
sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan
sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3
bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu
tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam
mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang
diridhoi. Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan
peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat
bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan islam
yang luar biasa pengaruhnya. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan adalah
kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita melupakannya. Sekaitan dengan itu
perlu kiranya kita melihat kembali dan mengkaji kembali bagaimana sejarah islam
yang sebenarnya.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan di
bahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana
Pelaksanaan Pendidikan di Masa Rosulullah SAW?
2. Bagaimana
Pelaksanaan pendidikan Pada masa Khulafa al-Rosyidin?
3. Bagaimana
Perkembangan Lembaga pendidikan pada masa Rosulullah SAW dan Khulafa
al-Rosyidin?
4. Materi apa saja
yang diajarkan pada masa Rosulullah dan materi yang diajarkan pada masa Khulafa
al-Rosyidin
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
Islam Pada Masa Rasulullah
Pendidikan
islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode yaitu periode
Makkah dan periode Madinah
1. Pendidikan
Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
a. Tahapan-Tahapan Pendidikan Islam
Dengan
melihat karakteristik perkembangan pendidikan islam, maka periode Makkah dapat
dibagi dua tahapan sesuai dengan tahap dakwah yang dilakukan Rasulullah di
Makkah.
1. Tahapan
sembunyi-sembunyi/perorangan.
Nabi
Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610
M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad)
dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang
mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.[1]
Kemudian
disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang
yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan
janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.[2]
Dengan
turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya
bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk memberi
peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci,
tugas mendidik dan mengajarkan islam.Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh
wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi,
mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan
sembunyi-sembunyi.
2. Tahap Terang-terangan
Setelah
beberapa lama selama tiga tahun dakwah islam disampaikan secra
sembunyi-sembunyi turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan
agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi
melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan
yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam
dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di
Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti
sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan
tauhid kepada umatnya.[3]
Intinya pendidikan dan pengajaran yang
diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta
menganjurkan kepada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan
kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran
pendidikan ‘aqliyah dan ilmiyah.
b. Lembaga Pendidikan, Metode dan
Materi Pendidikan Islam Periode Makkah
1. Lembaga Pendidikan Islam
Adapun
lembaga pendidikan Islam adalah rumah Al-Arqom Ibn Abi Arqom. Rumah ini adalah
tempat pertama berkumpulnya sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat
itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidian islam.disanalah Nabi
mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya
dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta
Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau
menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi
beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.[4]
2. Materi Pendidikan Islam
Menurut
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan
pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
a. Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan
nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
b. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian
manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c. Pendidikan Akhlak dan Budi
pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW
mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
d. Pendidikan Jasmani atau
Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan
pakaian, badan dan tempat kediaman.[5]
2. Pendidikan
Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Berbeda
dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan
politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun
di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala
agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran
pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan dan pembinaan
masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial
dan politik.
Nabi
Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu
padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat
lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1. Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa
permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan
diantara mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama
Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan
itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.[6]
2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi
Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai
dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong
dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah
syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam
tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
4. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam
pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya
media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan
secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga
masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad
SAW dan shalat jama’ah jum’at
Rasa
harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi
Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat
dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa
sebagai umat yang memiliki identitas.[7]
Setelah
selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara,
lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam
perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin,
tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap
Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin,
disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut
kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW.[8]
b. Pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan.
Materi
pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya
diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama
periode Madinah.
Tujuan
pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi
Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam
kehidupan bangsa Arab maupun kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c. Pendidikan anak dalam Islam
Dalam
Islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad
saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke
seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam
Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara
lain:
·
Pada
surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota
keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
·
Pada
surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan
dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
·
Pada
surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan
kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah
SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.[9]
Adapun
garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman
ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Tauhid
2. Pendidikan Shalat
3. Pendidikan adab sopan dan santun
dalam bermasyarakat
4. Pendidikan adab dan sopan santun
dalam keluarga
5. Pendidikan kepribadian
6. Pendidikan kesehatan
7. Pendidikan akhlak.[10]
Perbedaan
ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah dan kota Madinah:
·
Periode
kota Makkah:
Pokok
pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik
beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu
muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan
dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
·
Periode
kota Madinah:
Pokok
pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan
sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah,
yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh
ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
3. Kurikulum
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan
kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar
pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah
memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan
rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di
jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem
pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang
mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan islam
Dapat
dibedakan menjadi dua periode:
1. Makkah
·
Materi
yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan
petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
·
Materi
yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada
keimanan, ibadah dan akhlak.
2. Madinah
·
Upaya
pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui
masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam.
·
Materi
pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
·
Metode
yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
1. Dalam bidang keimanan: melalui
Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti
yang rational dan ilmiah.
2. Materi ibadah : disampaikan
dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
3. Bidang akhlak: Nabi
menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi
tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan
keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[11]
4. Perkembangan
Pendidikan Pada Masa Rasulullah
Untuk
melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan
serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan
kondisi.
Proses
pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana
yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, karena pada saat itu
Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan
beliau dan para pengikutnya berada dalam bayang-bayang ancaman pembunuhan dan
kaum kafir quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah
secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam.
Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam ini
adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keislamannya dalam berbagai
hak.tidak menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik
mereka.
Setelah
masyarakat Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan Islam dapat
berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah
dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
1. Membangun masjid di Madinah.
Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan
dakwah.
2. Mempersatukan berbagai potensi
yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan
dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam
tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.[12]
B. Pendidikan Islam Pada Masa
Kulafa al-Rasyidin
Tahun-tahun
pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan terus menerus antara hak
yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada
zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang
kembali. Pendidikan islam masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu
kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan
oleh orang-orang islam.[13]
Berikut
penguraian tentang pendidikan Islam pada masa Khulafa al- Rasyidin:
1. Masa
Khalifah Abu Bakar as-Siddiq (632-634)
a. Perkembangan Pendidikan Pada Masa
Abu Bakar As-Siddiq
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar
diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, Nabi Palsu dan orang yang
enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya
untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan
mempengaruhi orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran
Islam. Sehingga pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa
Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi
pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan, dan lain sebagainya.
b. Lembaga Pendidikan Islam Pada
Masa Abu Bakar As-Siddiq
Lembaga Pendidikan pada masa Abu
Bakar As-Siddiq masih seperti lembaga pendidikan pada masa Nabi, namun dari
segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami perkembangan.
Menurut Ramayulis dalam bukunya
Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa lembaga pendidikan pada masa Abu
Bakar meliputi:
1. Kuttab
Kuttab atau Maktab berasal dari
kata dasar Kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Menurut
Ahmad Syalabi, Kuttab adalah lembaga untuk belajar membaca menulis. Selanjutnya
Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada
masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan
yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.[14]
2. Masjid
Masjid merupakan lembaga
pendidikan lanjutan setelah anak-anak tamat dari kuttab, di masjid ini ada 2
tingkat pendidikan yaitu tingkat menengah dan tingkat tinggi. Yang membedakan
antara kedua tingkatan tersebut adalah tingkat menengah, gurunya belum mencapai
status ulama’ besar, sedangkan pada tingkat tinggi, para pengajarnya adalah
ulama’ yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan serta
kealiman yang telah diakui oleh masyarakat pada umumnya.
3. Materi Pendidikan
Materi pendidikan yang diajarkan
di kuttab meliputi:
a. Membaca dan menulis
b. Membaca dan Menghafal Al-Qur’an.
c. Pokok ajaran Islam seperti
keimanan, ibadah, akhlak dan mu’amalat.
Materi pendidikan tingkat
menengah dan tingkat tinggi meliputi:
a. Al-Qur’an dan tafsirnya
b. Hadist dan Syarahnya.
c. Fiqih (Tasyri’)
2. Masa
Khalifah Umar bin Khattab (634-644)
a. Kondisi Masyarakat dan
Perkembangan Pendidikan Pada Masa Umar bin Khattab
Dengan
meluasnya kekuasaan Islam mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar.
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan
seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau
juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat
dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas
mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam lainnya. Adapun metode yang mereka
pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Pelaksanaan
pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar
memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan
disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah
terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang
dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.[15]
Pendidikan
dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi
kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan
sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah
yang ditaklukan dan dari baitulmal.
b. Materi pendidikan
Materi
pendidikan pada masa Umar tidak jauh beda dengan materi pendidikan pada masa
Abu Bakar. Disamping itu materi yang diajarkan ditambah dengan beberapa mata
pelajaran dan ketrampilan seperti: berenang, mengendarai unta, memanah, membaca
dan menghafal syair-syair yang mudah maupun peribahasa.
3. Masa
Khalifah Usman bin Affan. (644-656)
a. Pelaksanaan
Pendidikan Pada Masa Usman bin ‘Affan
Pada
masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. di masa ini
hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan
yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar,
diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai.
Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di
daerah-daerah.
b. Perkembangan
Pendidikan Pada Masa Usman bin ‘Affan
Proses
pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah
dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan
dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat
memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat.[16]
Tugas
mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri,
artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik
sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.
4. Masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661)
a. Pelaksanaan Pendidikan Pada Masa
Ali bin Abi Tholib
Pendidikan pada masa Ali
berlangsung kurang efektif untuk dilakukan dalam pembelajaran. Karena di masa
ini banyak terjadi peperangan dengan Aisyah beserta Thalhah dan Abdullah bin
Zubair. Hal ini disebabkan karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan
terhadap Usman. Peperangan ini dinamakan perang Jamal.
Peperangan selanjutnya terjadi
dengan Mu’awiyah yang ingin menghancurkan kekuasan Ali. Peperangan ini disebut
perang Shiffin. Ketika tentara
Mu’awiyah terdesak pasukan Ali, Mu’awiyah mengambil siasat untuk menyatakan Tahkim (penyelesaian
damai). Semula Ali menolak, akibat desakan dari tentaranya akhirnya Ali
menyetujuinya. Namun pada tahkim ini justru menimbulkan kekacauan karena
Mu’awiyah melakukan kecurangan, sehingga Ali dapat dikalahkan oleh Mu’awiyah
dan membentuk tandingan di Damaskus. Sementara itu sebagian tentara lain
menentang keputusan Ali dengan cara tahkim dengan membentuk kelompok
sendiri bernama Khowarij.
b. Perkembangan Pendidikan Pada Masa
Ali bin Abi Tholib
Pada
masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia
berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali
berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat
itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya
itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat
Islam.[17]
5. Pusat
Pendidikan Pada Masa Khulafaurrasyidin.
Menurut
Ramayulis bahwa pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara
lain:
1. Madrasah Makkah
2. Madrasah Madinah
3. Madrasah Basrah
4. Madrasah Kuffah
5. Madrasah Damsyik (Syam)
6. Madrasah Fistat (Mesir).[18]
6. Materi Pendidikan Islam Masa khulafa al
Rasyidin (632-661M./ 12-41 H)
Sistem
pendidikan islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri,tidak
dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang
turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab. Materi
pendidikan islam yang diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa
Umar bin Khattab, untuk pendidikan dasar:
1. Membaca dan menulis
2. Membaca dan menghafal Al-Qur’an
3. Pokok-pokok agama islam, seperti
cara wudlu, shalat, shaum dan sebagainya
Ketika
Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk
kota agar anak-anak diajari:
1. Berenang
2. Mengendarai unta
3. Memanah
4. Membaca dan menghapal syair-syair
yang mudah dan peribahasa.
Sedangkan
materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
1. Al-qur’an dan tafsirnya
2. Hadits dan pengumpulannya
3. Fiqh (tasyri’)[19]
BAB III
KESIMPULAN
Pokok pembinaan pendidikan islam di
kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan
nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka
terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
Pokok pembinaan pendidikan islam
di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang
merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di
bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Pendidikan pada masa khalifah Abu
Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa
khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa
khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke
daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan,
pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah
saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa
khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini
disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada
kekacauan.
Sistem pendidikan islam pada masa
khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri,tidak dikelola oleh pemerintah,
kecuali pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam
menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab.
Materi pendidikan islam yang
diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk
pendidikan dasar:
1.
Membaca dan menulis
2.
Membaca dan menghafal Al-Qur’an
3.
Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shaum dan sebagainya
Ketika Umar bin Khattab diangkat
menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak
diajari:
1.
Berenang
2.
Mengendarai unta
3.
Memanah
4.
Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa.
Sedangkan materi pendidikan pada
tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
1. Al-qur’an dan tafsirnya
2. Hadits dan pengumpulannya
3. Fiqh (tasyri’).
DAFTAR PUSTAKA
Arief,Armai,
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik.
Bandung: Penerbit Angkasa,2005.
Langgulung,
Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.
Nata,
Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press,
2005
Nizar, Samsul, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992
Ramayulis,
Sejarah Pendidikan Islam Napak Tilas Konsep Filasafat dan Metodologi
Pendidikan Islam dari Era Nabi Sampai Ulama’ Nusantara. Jakarta: Kalam
Mulia, 2012.
Zuhairini,dkk,
Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008
[11] Dr.Armai
Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa,2005). Hal 135-136
[12] Prof.Dr.H.Abuddin
Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005). hal 24
[13] Prof.
Dr. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam,( Jakarta: Pustaka Husna, 1988). Hal 121
Tidak ada komentar:
Posting Komentar