Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Minggu, 04 November 2012

REKONSTRUKSI MATERI PENDIDIKAN ISLAM (REFLEKSI ATAS DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM MASA NABI DAN KHULAFAURRASYIDIN)


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agam Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan adalah kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita melupakannya. Sekaitan dengan itu perlu kiranya kita melihat kembali dan mengkaji kembali bagaimana sejarah islam yang sebenarnya.


B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1.    Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan di Masa Rosulullah SAW?
2.    Bagaimana Pelaksanaan pendidikan Pada masa Khulafa al-Rosyidin?
3.    Bagaimana Perkembangan Lembaga pendidikan pada masa Rosulullah SAW dan Khulafa al-Rosyidin?
4.    Materi apa saja yang diajarkan pada masa Rosulullah dan materi yang diajarkan pada masa Khulafa al-Rosyidin


























BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode yaitu periode Makkah dan periode Madinah
1.    Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
a.    Tahapan-Tahapan Pendidikan Islam
Dengan melihat karakteristik perkembangan pendidikan islam, maka periode Makkah dapat dibagi dua tahapan sesuai dengan tahap dakwah yang dilakukan Rasulullah di Makkah.
1.    Tahapan sembunyi-sembunyi/perorangan.
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.[1]
   Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.[2]
   Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
2.    Tahap Terang-terangan
Setelah beberapa lama selama tiga tahun dakwah islam disampaikan secra sembunyi-sembunyi turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
 Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.[3]
 Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘aqliyah dan ilmiyah.

b.    Lembaga Pendidikan, Metode dan Materi Pendidikan Islam Periode Makkah
1.    Lembaga Pendidikan Islam
Adapun lembaga pendidikan Islam adalah rumah Al-Arqom Ibn Abi Arqom. Rumah ini adalah tempat pertama berkumpulnya sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidian islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.[4]
2.    Materi Pendidikan Islam
Menurut Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
a.    Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
b.    Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c.    Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
d.   Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[5]

2.    Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
 Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a.    Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial  dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1.  Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.[6]
2.  Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3.  Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
4.  Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.[7]
Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.[8]

b.    Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.


c.    Pendidikan anak dalam Islam
Dalam Islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:
·      Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
·      Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
·      Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.[9]
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
1.    Pendidikan Tauhid
2.    Pendidikan Shalat
3.    Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
4.    Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
5.    Pendidikan kepribadian
6.    Pendidikan kesehatan
7.    Pendidikan akhlak.[10]
Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah dan kota Madinah:
·      Periode kota Makkah:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
·      Periode kota Madinah:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

3.    Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan islam
Dapat dibedakan menjadi dua periode:
1.    Makkah
·      Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
·      Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.
2.    Madinah
·      Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam.
·      Materi pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
·      Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
1.    Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
2.    Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
3.    Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi   tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[11]

4.    Perkembangan Pendidikan Pada Masa Rasulullah
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi.  
Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, karena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam bayang-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keislamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
1.    Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
2.    Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.[12]

B. Pendidikan Islam Pada Masa Kulafa al-Rasyidin
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.[13]
Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada masa Khulafa al- Rasyidin:
1.    Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq (632-634)
a.    Perkembangan Pendidikan Pada Masa Abu Bakar As-Siddiq
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, Nabi Palsu dan orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
b.    Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar As-Siddiq
Lembaga Pendidikan pada masa Abu Bakar As-Siddiq masih seperti lembaga pendidikan pada masa Nabi, namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami perkembangan.
Menurut Ramayulis dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar meliputi:
1.    Kuttab
Kuttab atau Maktab berasal dari kata dasar Kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Menurut Ahmad Syalabi, Kuttab adalah lembaga untuk belajar membaca menulis. Selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.[14]

2.    Masjid
Masjid merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak-anak tamat dari kuttab, di masjid ini ada 2 tingkat pendidikan yaitu tingkat menengah dan tingkat tinggi. Yang membedakan antara kedua tingkatan tersebut adalah tingkat menengah, gurunya belum mencapai status ulama’ besar, sedangkan pada tingkat tinggi, para pengajarnya adalah ulama’ yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan serta kealiman yang telah diakui oleh masyarakat pada umumnya.
3.    Materi Pendidikan
Materi pendidikan yang diajarkan di kuttab meliputi:
a.     Membaca dan menulis
b.    Membaca dan Menghafal Al-Qur’an.
c.     Pokok ajaran Islam seperti keimanan, ibadah, akhlak dan mu’amalat.
Materi pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi meliputi:
a.     Al-Qur’an dan tafsirnya
b.    Hadist dan Syarahnya.
c.     Fiqih (Tasyri’)

2.    Masa Khalifah Umar bin Khattab (634-644)
a.    Kondisi Masyarakat dan Perkembangan Pendidikan Pada Masa Umar bin Khattab
Dengan meluasnya kekuasaan Islam mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar. Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.[15]
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
b.    Materi pendidikan
Materi pendidikan pada masa Umar tidak jauh beda dengan materi pendidikan pada masa Abu Bakar. Disamping itu materi yang diajarkan ditambah dengan beberapa mata pelajaran dan ketrampilan seperti: berenang, mengendarai unta, memanah, membaca dan menghafal syair-syair yang mudah maupun peribahasa.

3.    Masa Khalifah Usman bin Affan. (644-656)
a.    Pelaksanaan Pendidikan Pada Masa Usman bin ‘Affan
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya.  di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
b.   Perkembangan Pendidikan Pada Masa Usman bin ‘Affan
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.[16]
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.

4.    Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661)
a.    Pelaksanaan Pendidikan Pada Masa Ali bin Abi Tholib
Pendidikan pada masa Ali berlangsung kurang efektif untuk dilakukan dalam pembelajaran. Karena di masa ini banyak terjadi peperangan dengan Aisyah beserta Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Hal ini disebabkan karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman. Peperangan ini dinamakan perang Jamal.
Peperangan selanjutnya terjadi dengan Mu’awiyah yang ingin menghancurkan kekuasan Ali. Peperangan ini disebut perang Shiffin. Ketika tentara Mu’awiyah terdesak pasukan Ali, Mu’awiyah mengambil siasat untuk menyatakan Tahkim (penyelesaian damai). Semula Ali menolak, akibat desakan dari tentaranya akhirnya Ali menyetujuinya. Namun pada tahkim ini justru menimbulkan kekacauan karena Mu’awiyah melakukan kecurangan, sehingga Ali dapat dikalahkan oleh Mu’awiyah dan membentuk tandingan di Damaskus. Sementara itu sebagian tentara lain menentang keputusan Ali dengan cara tahkim dengan membentuk kelompok sendiri bernama Khowarij.


b.    Perkembangan Pendidikan Pada Masa Ali bin Abi Tholib
Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.[17]
5.    Pusat Pendidikan Pada Masa Khulafaurrasyidin.
Menurut Ramayulis bahwa pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain:
1.    Madrasah Makkah
2.    Madrasah Madinah
3.    Madrasah Basrah
4.    Madrasah Kuffah
5.    Madrasah Damsyik (Syam)
6.    Madrasah Fistat (Mesir).[18]

6.    Materi Pendidikan Islam Masa khulafa al Rasyidin (632-661M./ 12-41 H)
Sistem pendidikan islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri,tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab. Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan dasar:
1.    Membaca dan menulis
2.    Membaca dan menghafal Al-Qur’an
3.    Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shaum dan sebagainya
Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari:
1.    Berenang
2.    Mengendarai unta
3.    Memanah
4.    Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa.
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
1.    Al-qur’an dan tafsirnya
2.    Hadits dan pengumpulannya
3.    Fiqh (tasyri’)[19]

















BAB III
KESIMPULAN

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
Sistem pendidikan islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri,tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab.
Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan dasar:
1. Membaca dan menulis
2. Membaca dan menghafal Al-Qur’an
3. Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shaum dan sebagainya

Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari:
1. Berenang
2. Mengendarai unta
3. Memanah
4. Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa.
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
1. Al-qur’an dan tafsirnya
2. Hadits dan pengumpulannya
3. Fiqh (tasyri’).




DAFTAR PUSTAKA

Arief,Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.
Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam Napak Tilas Konsep Filasafat dan Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi Sampai Ulama’ Nusantara. Jakarta: Kalam Mulia, 2012.
Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008


[1]  Q.S. Al-Alaq: 1-5
[2]  Q.S. Al-Mudatsir: 1-7
} Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). Hal 28
[4] Ramayulis, Sejarah pendidikan islam, (Jakarta : kalam mulia, 2012), hal 23
[5]  Zuhairini, Sejarah pendidikan islam, op.cit., hal 27
[6]  Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:  Hidakarya Agung, 1992), hal 26
[7] Dra. Zuhairini,dkk, opcit ,hal 37
[8] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, opcit, hal 16
[9] Dra.Zuhairini, dkk, opcit ,hal 55
[10]  Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, opcit.hal 18
[11]  Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa,2005). Hal 135-136
[12]  Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005). hal 24
[13]    Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam,( Jakarta: Pustaka Husna, 1988). Hal 121
[14]  Dra. Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Op. Cit., hal 89
[15]  Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008). hal 48
[16]  ibid, hal 49
[17]  ibid hal 50
[18]  Dra. Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Op. Cit., hal 72
[19] Dr.Armai Arief, MA, opcit Hal 137

Tidak ada komentar:

Posting Komentar