A. PENDAHULUAN
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri system kekhalifahan Abbasyiyah di sana, tetapi juga merupakan masa awal dari kemunduran politik dan peradaban Islam. Karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.
Setelah itu, seiring dengan perjalanan waktu, maka dengan secara signifikan bangsa Barat menjadi semakin maju dan modern. Hal ini disebabkan karena mereka mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan yang mereka rampas dari kota seribu satu malam itu sendiri.
Pada tahun 1801 M bersamaan dengan berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir telah membuka mata dunia Islam terutama Turki dan Mesir akan kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Maka raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengembangkan balance of power yang telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak Islam dengan Barat saai itu berlainan dengan kontak Islam dengan Barat di periode klasik. Pada periode klasik, Islam berada pada masa kejayaannya dan Barat sedang dalam kegelapan. Namun keadaan itu menjadi terbalik, Islam sedang dalam kegelapan dan Barat semakin maju dan Islam yang ingin belajar dari Barat.
Dengan demikian timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikirinnya bagaimanakah cara membuat umat Islam maju kembali seperti pada masa periode klasik. Usaha kearah itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Meski di sisi lain, Barat juga bertambah maju dan Islam semakin ketinggalan.
Pada abad ke-19 inilah seruan pembaharuan itu bangkit di Negara Mesir yang dipelopori oleh seorang tokoh bernama Sayid Jamaludin Al-Afghani. Dalam misi pembaharuannya, ia lebih manitikberatkan pada antiimperialisme yang bertujuan untuk membebaskan umat Islam dari penindasan penjajah (Barat) serta memperbaiki status kehidupan masyarakat yang statis menjadi dinamis. Berikut akan dijelaskan mengenai sekilas profil dan pemikirannya dalam memperjuangkan pembaharuan Islam.
B. PROFIL JAMALUDIN AL-AFGHANI
Jamaludin Al-Afghani As-Sayid Muhammad bin Shaftar Al-Husain lahir di Asadabad, Konar, Distrik Kabul, Afghanistan tahun 1838 M. Ia adalah tokoh terkemuka yang menjadi sentral figure umat Islam pada abad XIX. Keluarganya adalah keturunan dari Husain bin Ali bin Abi Thalib yang selanjutnya silsilahnya bertemu dengan keturunan ahli sunnah yang termasyhur Ali At-Tirmidzi.
Al-Afghani menghabiskan masa kecil dan remajanya di Afghanistan, namun banyak berjuang di Mesir, India bahkan sampai ke Paris. Pada usia 18 tahun di Kabul, Ia tidak hanya menguasai ilmu keagamaan seperti bahasa Arab, balaghah, tasawuf, manteq, tetapi juga mendalami falsafah, hukum, sejarah, matematika, ilmu hitung, ilmu obat anatomi, metafisika, kedokteran, sains, astronomi, dan astrologi.
Dia seorang yang sangat cerdas, jauh melampaui remaja-remaja seusianya. Setelah menguasai berbagai disiplin ilmu, Al-Afghani berkelana ke India selama satu setengah tahun. Ia seorang orator yang tangguh, mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya, pada tahun 1857 muncul kesadaran baru dikalangan pribumi India melawan penjajah.
Di Kabul, seusai menunaikan haji di Mekkah, Al-Afghani diminta Pangeran Dost Muhammad Khan, untuk membantunya. Tahun 1864, Ia diangkat menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi perdana oleh Muhammad A’zam Khan. Namun karena campur tangan Inggris dan kekalahannya atas golongan yang disokong Inggris, Al-Afghani akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekah dan dilanjutkan bertandang ke Mesir dan menetap untuk beberapa waktu disana. Selama di Mesir itu ia mendapat kesempatan mengunjungi Al-Azhar, dimana ia mendapatkan tanda penghargaan dari Universitas Al-Azhar. Banyak kalangan terpelajar yang menyambut meriah kedatangannya sehingga dapat mempengaruhi Muhammad Abduh yang kemudian menjadi muridnya dan akhirnya menjadi ulama pembaharuan dalam Islam.
Pada mulanya Jamaludin menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan perhatiannya pada bidang ilmu pengetahuan dan sastra Arab. Namun melihat campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir, ia terdorong untuk terjun ke dalam kegiatan politik dan membentuk partai politik dengan nama Hizbu Al-Watani (Partai Kebangsaan). Dengan partai ini ia berusaha menanamkan kesadaran nasionalisme dalam diri orang-orang Mesir. Partai ini juga memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers, dan memasukkan unsure-unsur mesir ke dalam posisi militer.
Pemikirannya antiimperialis dan kolonialis menyebabkan pada tahun 1879 ia diusir dari Mesir dan untuk kedua kalinya ia pergi ke India. Di sana ditulisnya buku “The Refutation of The Materialistis” (Pembuktian Kesalahan Kaum Materialis) suatu pembelaan Islam atas serangan dan tantangan dunia modern. Al-Afghani sempat ditangkap oleh Inggris karena munculnya pemberontakan arabi di Mesir. Setelah dibebaskan, ia pergi ke London hanya beberapa hari dan kemudian pergi ke Paris. Inilah masa kegemilangannya, dimana ia terlibat dalam perdebatan dengan filosof termasyhur Ernist Renan tentang “Islam dan Ilmu” pada tahun 1883 M.
Tahun berikutnya ia mampu menerbitkan majalah mingguan atau jurnal yang berjudul Al-‘Urwah Al-Wutsqa (ikatan yang kuat) bersama muridnya Muhammad Abduh. Nama jurnal tersebut juga nama perkumpulannya yang beranggotakan orang Islam dari India, Mesir, Suriah, afrika Utara, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela islam, dan membawa umat Islam pada kemajuan.
Jurnal ini mendapat kecaman keras dari Barat akhirnya penguasa Barat melarang jurnal ini diedarkan di Negara-negara Muslim karena dkhawatirkan dapat menimbulkan semgangat persatuan Islam. karena dilarang diedarkan, usia jurnal ini hanya delapan bulan. Meski umurnya singkat, majalah ini telah berpengaruh pada seluruh dunia Islam.
Di Eropa, aktifitas Jamaludin tidak hanya di Paris. Ia berdiskusi tentang Islam di London, diantaranya dengan Lord Salisbury yang berkuasa ketika itu. Dia juga pergi ke Rusia membangun pengaruh dikalangan cendekiawan Rusia dan menjadi orang kepercayaan Tsar. Karena pengaruhnya itu, Rusia memperkenankan orang Islam mencetak Al-Qur’an dan buku-buku Islam, yang sebelumnya dilarang.
Perjuangan Al-Afghani sampai juga di Persia. Penguasa Persia, Shah Nasirudin Qachar, manawarkan posisi perdana menteri dan ia menerimanya. Ide-ide pembaharuan Islam, membuatnya semakin popular di Persia. Ini mengkhawatirkan Nasirudin, apalagi Jamaludin terang-terang mengkritik praktek-praktek kekuasaan penguasa Persia itu. Jamaludin akhirnya ditangkap dan diusir. Namun, kesadaran rakyat telah bangkit untuk menumbangkan Nasirudin. Setelah itu ia mengadakan kunjungan singkat ke Inggris dan menerbitkan buku yang kedua yang berjudul “Splendour of The Hemispheres” (Kemegahan Dua Penjuru Dunia).
Dalam sakit ia menerima undangan dari Sultan Turki Sultan Abdul Hamid, khalifah Ustmaniyah untuk berkunjung sebagai tamu ke Istambul, Turki. Ketika itu, Sultan ingin memanfaatkan pengaruh Jamaludin atas Negara-negara Islam untuk menentang Eropa, yang ketika itu mendesak kedudukan kekhilafahan Ustmaniyah di Timur Tengah. Namun upaya Sultan itu gagal, karena keduanya ternyata berbeda pendapat yang cukup tajam. Sultan tetap mempertahankan kekuatan otokrasi lama yang ortodoks, sementara Jamaludin mencoba memasukkan ide-ide pembaharuan dalam pemerintahan. Lalu Sultan membatasi kegiatan-kegiatan Jamaludin dan melarangnya keluar Istambul, sampai ajal menjemputnya. Inilah akhir perjalanan hidup Jamaludin Al-Afghani. Ia wafat di Istambul, pada 9 Maret 1897 dalam usia 59 tahun.
Sepanjang hayatnya, Jamaludin telah menulis puluhan karya tulis dan buku, antara lain Pembahasan Tentang Sesuatu yang Melemahkan Orang-rang Islam, Tipu Muslihat Orientalis Risalah untuk Menjawab Golongan Kristen, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat Tanah air.
C. AJARAN-AJARANNYA
1. Bidang Politik
Jamaludin dikenal sebagai pelopor Pan Islamisme yang mengajarkan bahwa semua umat Islam harus bersatu di bawah pimpinan seorang khalifah untuk membebaskan mereka dari penjajahan Barat. Ada pendapat bahwa Jamaludin hanya sedikit mempersoalkan masalah agama, ia lebih berkecimpung dalam lapangan politik. Jalan yang ditempuhnya di bidang ini, ialah :
a. Perbaikan jiwa dan cara berfikir
b. Perbaikan pemerintah atau Negara, kemudian keduanya berhubungan atau mempunyai jalinan dengan ajaran agama.
Jamaludin memandang bahwa perbaikan pemerintahan adalah dengan jalan memperbaiki bangsa itu. Ia juga mengatakan bahwa sesungguhnya kekuatan parlemen bagi suatu umat tidak akan ada harganya apabila tidak lahir dari umat itu sendiri. Dalam segi politik pergerakan bertujuan menghilangkan sebab-sebab yang memecah belah kaum muslim dan mempersatukan mereka untuk mempertahankan Islam. Untuk mencapai tujuan itu, maka kaum muslim harus bersatu. Persatuan Islam (Pan Islamisme), bukan berarti dunia dan kerajaan Islam yang ada menjadi satu kerajaan tapi masing-masing kerajaan itu agar berdiri sendiri dalam batas kuasa dan negara masing-masing yang mempunyai satu pandangan hidup.
Semua aspek gerakan Jamaludin yang menjadi sasaran utama ialah membebaskan negara-negara Islam dari penjajahan dan untuk menuju itu umat Islam harus membebaskan diri dari pola-pola pikiran yang beku.
2. Bidang Agama
Meski Al-Afghani menjadi pemimpin politik, ia juga berjasa dalam meninggikan kedudukan agama dengan menjadi mujahid, pembaharu akal umat Islam yang sangat dipengaruhi tradisi-tradisi dan kurafat-kurafat yang membawa kejumudan umat Islam waktu itu.
Al-Afghani berpendapat bahwa agama adalah suatu yang fital adanya suatu bangsa. Dan agama merupakan sumber yang nyata yang membawa kebahagiaan bagi manusia. Peradaban yang sesungguhnya adalah peradaban yang berdasarkan pendidikan moral dan agama, bukan peradaban yang berdasarkan karena kemajuan materi dan pembangunan kota-kota besar atau penciptaan mesin-mesin modern yang justru digunakan untuk menghancurkan peradaban dan pembinasaan umat manusia dengan bentuk penjajahan. Banyak usaha yang telah dilakukannya dalam melawan penjajah , antara lain:
a. Membangun kembali jiwa Islam yang terkandung dalam ajaran Al-Qur’an
b. Menghilangkan sifat kesukuan atau golongan
c. Mrngikis taqlid dan fanatisme
d. Melaksanakan ijtihad dalam memahami A-Qur’an
Ia juga mengutarakan bahwa kesejahteraan umat manusia itu tergantung pada :
a. Akal manusia yang disinari dengan tauhid
b. Kemuliaan budi pekerti
c. Akidah (iman) yang dijadikan sebagai prinsip yang pertama
d. Loyalitas orang yang berilmu dalam membagikan ilmunya pada orang lain
Dengan demikian, diharapkan umat Islam dapat kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang murni, yang membawa kepada kekuatan yang positif dalam langkah dan sasaran yang akan dituju.
3. Ajaran tentang Qada dan Qadar
Kesalahan umat Islam dalam memahami qadha dan qadar menurut Al-Afghani, menjadi factor yang ikut memundurkan umat Islam. kesalahpahaman tersebut membuat umat Islam tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaludin menyebutkan, qadha dan qadar mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang terjadi menurut sebab musabab (kausalitas). Lemahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan umat tentang dasar-dasar ajaran agama, lemahnya persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikut pemerintahan yang absolut, memercayakan kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan kurangnya pertahanan militer, juga merupakan factor-faktor yang membawa kemunduran umat Islam. Faktor-faktor ini yang menjadikan umat Islam statis dan fatalis.
Maka dari itu, ia menuntut kepada semua aliran untuk menjadikan akal sebagai dasar utama untuk mencapai keagungan Islam, karena akal menempati kedudukan yang istimewa dalam agama Islam. Dengan akal percaya pada qadha dan qadar bagi orang Islam akan membawa kekuatan moral dan mendorong usaha tawakal dan sabar untuk mencapai tujuannya.
4. Penolakan terhadap Aliran Naturalisme dan Materialisme
Perjalanan hidup Jamaludin sesuai dengan jalan pikirannya. Teori dan prakteknya selalu berjalin rapat dengan tindakannya. Kedudukan dan pikirannya ditandai oleh tiga macam keadaan :
a. Kenikmatan jiwa atau rohani
b. Perasaan agama yang mendalam
c. Moral yang tinggi
Gambaran ini jelas dapat dilihat dalam penolakannya terhadap aliran naturalisme dan materialisme. Aliran ini merupakan senjata berbahaya bagi umat Islam. satu-satunya kekuatan yang dapat melawannya ialah Islam itu sendiri. Inilah peringatan yang dicanangkan oleh Jamaludin pada orang-orang Islam, bila ingin mempertahankan agama itu, maka harus bertindak sesuai dengan ajaran agama itu.
Jamaludin terkenal dalam dunia Islam sebagai propagandaris karena penolakannya terhadap materialisme. Dengan pandangannya terhadap tabiat alam, ia tidak bisa menerima corak ajaran materialisme. Untuk itu ia menerbitkan sebuah buku dengan judul The Refutation Of Materialistis.
D. PAN-ISLAMISME
Sebagaimana yang diungkapkan L. Stoddard, dasar pergerakan yang diusung oleh Al-Afghani lebih pada usaha pembendungan dominasi Barat yang mulai menjelajahi dunia Islam. Setidaknya ada lima poin penting yang menjadi pemicu utama munculnya pemikiran pan-islamisme, yaitu :
a) Dunia kristen, walaupun terpisah secara geografis, budaya dan nasab namun akan selalu menggalang pemersatuan kekuatan untuk menghadapi umat Islam.
b) Meskipun secara gamblang perang salib telah tuntas, namun semangat dan ideologi untuk selalu mengobarkan lagi, tetap hidup di kalangan umat Kristen. Hal ini bisa dibuktikan melalui perlakuan diskriminatif umat Kristen kepada umat Islam di beberapa tempat.
c) Perbedaan pemahaman tentang agama yang sangat berbeda antara agama Islam dan agama lainnya.
d) Al-Afghani menyimpulkan bahwa kebencian umat Kristen terhadap umat Islam bukan hanya datang darui sebagian umat kristen namun berasal dari semua lapisan masyarakat.
e) Kurangnya apresiasi dunia kepada umat Islam, khususnya umat Kristen pada beberapa ideologi fital agama Islam.
Dengan berbagai pertimbangan yang diantaranya telah disebutkan di atas, maka Al-Afghani menggulirkan pemikiran tentang perlunya pemersatuan umat Islam yang selanjutnya dikenal dengan nama pan-Islamisme. Tujuan pasti al-Afghani adalah melakukan filter dini kepada gejala perpecahan yang telah kelihatan pada zaman itu.
Di beberapa keadaan, pan-Islamisme sering dikaitkan dengan usaha modernisasi Islam yang juga diusung oleh al-Afghani dan murid-muridnya seperti Muhammad Abduh, dkk. Pada dasarnya dua paham ini bukanlah sinonim, lebih tepatnya modernisasi adalah gejala atau sarana dari pan-Islamisme. Munculnya kegiatan pembaharuan dalam agama Islam adalah aplikasi nyata dari program pan-Islamisme yang ditawarkan oleh al-Afghani.
Secara individu Afghani adalah penolak keras adanya paham kolonial yang menghantui hampir di semua dunia Islam di kala itu. Sebagai seorang filsuf dan agamis sikap dan pemikiran Afghani selalu berbenturan dengan paham fatalisme (berhubungan dengan takdir). Untuk mengetengahi masalah fatalism dalam agama Islam, Afghani mengajak umat Islam untuk melakukan usaha perebutan peradaban, kebudayaan dan pengetahuan dari barat. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari semua itu dari barat. Diharapkan dari semua sikap ini maka umat Islam lebih bersifat dinamis dan mampu melakukan kritik sosial dalam menghadapi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan.
Melalui propaganda yang rapi apalagi didukung oleh Sultan Abdul Hamid dari Turki Utsmani yang mendirikan organisasi seruan pan-Islamisme dan pengiriman delegasi ke Negara-negara Islam selama 30 tahun. Hubungan paling kongkrit antara pan-Islamisme dengan modernisasi Islam terlihat pada pandangan kenegaraan yang diusulkan oleh Afghani dan murid-muridnya. Memang harus diakui, pemerintahan Negara atau kerajaan Islam yang dimulai dari masa Kekhalifaan Utsmani memiliki konsen yang sangat besar kepada bentuk negara atau kerajaan dengan system monarki absolut. Sehingga Afghani menawarkan system demokrasi sebagai jalan keluar yang tepat sebagai bentuk ideal negara Islam. Lebih kongkritnya Afghani bahkan memberikan pertimbangan untuk memakai sistem pemerintahan republik. Bahkan lebih jauh Afghani menyatakan bahawa sebenarnya Islam menghendaki penggunaan sistem pemerintahan republik bagi umat Muslim.
Dasar pendapat yang dikeluarkan oleh Afghani ini terbentuk oleh berbagai stigma yang terkumpul dari lawatan panjang Afghani ke beberapa negara Eropa sebelumnya. Menurut Afghani keunggulan sistem republik adalah kebebasan dalam mengedepankan pendapat dan kesamaan status dalam hukum dan pemerintahan. Ditambah lagi republik sangat menjaga hubungan kepala negara dengan Undang-undang negara. Lebih jelasnya, sistem republik sangat memperhatikan kepatuhan antara kepala pemerintahan dengan undang-undang yang dibuat oleh sebuah Negara. Pendapat yang diusulkan oleh Afghani ini tentu merupakan hal baru dalam perkembangan agama Islam. Sebelum munculnya gagasan Afghani ini Islam dan lingkungan hanya mengenal sistem pemerintahan kerajaan atau kesultanan.
Secara mudah bisa dijelaskan hubungan antara pan-Islamisme dan modernisasi Islam ini dengan wacana bahwa Pan-Islamisme Al-Afghani adalah sebuah gerakan pemersatu antar Negara-negara Islam termasuk umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang kezaliman para pengusa (penjajah ekstern atau intern) yang lalim, termasuk menentang kolonialisme dan imperialisme Barat sebagai bentuk usaha untuk mewujudkan keadilan.
E. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Jamaludin Al-Afghani merupakan seorang tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam alur sejarah peradaban Islam. Sepanjang hidupnya telah diabdikan untuk berjuang demi kepentingan Islam, khususnya dan negeri-negeri yang sedang terjajah pada umumnya.
2. Program politiknya adalah menggerakkan Pan Islamisme yang bertujuan untuk kesejahteraan umat Islam di bawah pimpinan seorang khalifah.
3. Jamaludin berpendapat bahwa Islam memberikan tempat yang tinggi pada akal. Maka dari itu Ia sangat menentang adanya faham takdir.
4. Ia juga memperingatkan umat Islam bahwa bahaya besar kedua yang harus dihadapi umat Islam adalah materialisme, yang mengingkari agama dan anti tuhan.
5. Banyak karya yang lahir dari buah pikirnya yang ditujukan untuk mengobarkan semangat pembaharuan pada diri umat Islam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar